Sabtu, April 26, 2025
BerandaBaliMenguak Keutamaan Siwaratri, Dari Kegelapan Menuju Pencerahan

Menguak Keutamaan Siwaratri, Dari Kegelapan Menuju Pencerahan

GATRABALI.COM, BULELENG – Umat Hindu di Bali dan seluruh Indonesia memperingati Hari Suci Siwaratri, sebuah hari yang didedikasikan untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Siwa, pada Senin, 27 Januari 2025.

Dewa Siwa, dalam konsep Tri Murti, berperan sebagai pemralina atau pengembalian segala sesuatu ke asalnya. Perayaan ini menjadi momen bagi umat Hindu untuk merenungkan diri dan melebur dosa melalui pelaksanaan Brata Siwaratri.

I Kadek Satria, S.Ag, M.Pd.H selaku Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng
I Kadek Satria, S.Ag, M.Pd.H selaku Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng. Sumber foto; Kominfosanti Buleleng

Brata Siwaratri dikenal sebagai jalan spiritual yang agung, sebagaimana diceritakan dalam berbagai kitab suci Hindu. Dalam Kitab Siwa Purana, keutamaan Brata Siwaratri diceritakan dalam Jnana Samhita melalui dialog antara seorang Rsi dan Suta, seorang bhakta yang tekun.

Baca Juga  Klungkung Berkomitmen Tingkatkan Pelayanan Publik dengan WBK

Kisah ini menyoroti seorang manusia bernama Rurudruha yang meskipun memiliki kehidupan penuh dosa, mampu mencapai pembebasan dan alam Siwa melalui Brata Siwaratri.

Cerita serupa juga ditemukan dalam Kitab Skanda Purana, di mana seorang murid bernama Lomasa berdialog dengan gurunya, para Rsi, tentang kehidupan seorang manusia jahat bernama Canda. Meski dipenuhi kejahatan, Canda akhirnya memperoleh penyadaran dan mencapai Siwaloka.

Kitab Garuda Purana menambahkan kisah percakapan Dewa Siwa dengan Dewi Parwati, di mana Brata Siwaratri disebut sebagai sarana terbaik untuk melebur dosa. Hal yang sama juga terdapat dalam Kitab Padma Purana, yang menceritakan pemburu bernama Nisada yang berhasil mencapai pembebasan melalui pelaksanaan Brata Siwaratri.

Baca Juga  Koster-Giri dan Warga Busungbiu Bersatu Jaga Tradisi di Pilkada 2024

Menurut I Kadek Satria, S.Ag, M.Pd.H., Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng, Brata Siwaratri melibatkan tiga praktik utama: Jagra (tidak tidur), Upawasa (berpuasa), dan Monobrata (meditasi dalam keheningan). Ketiga brata ini jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat membantu umat melebur dosa dan mendekatkan diri kepada Dewa Siwa.

Pelaksanaan Siwaratri yang jatuh pada malam Purwanining Tilem Kepitu, atau malam tergelap dalam satu tahun, memiliki makna mendalam. Dalam pandangan spiritual, kegelapan malam ini mencerminkan kegelapan pikiran manusia yang harus diterangi oleh cahaya pengetahuan dan kesucian. Dewa Siwa sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi adalah pemberi kecemerlangan pikiran yang mampu mengatasi kegelapan atau awidya dengan vidya (pengetahuan).

Baca Juga  Bupati Jembrana Dukung Penuh pada Karya Desa Adat Nusamara, Serahkan Bantuan Rp 200 Juta

Kadek Satria menegaskan bahwa Brata Siwaratri bukanlah sekadar ritual, melainkan sarana penyadaran diri.

“Penyadaran adalah kunci dari segala tujuan Brata Siwaratri. Dengan penyadaran, berkah Siwaratri tidak hanya dirasakan pada hari ini, tetapi setiap hari dalam kehidupan kita,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya rasa syukur dan kesadaran diri sebagai ciptaan-Nya.

Di akhir penjelasannya, Kadek Satria mengajak umat Hindu untuk melaksanakan Brata Siwaratri dengan penuh kesungguhan, tanpa merasa terbebani oleh kemampuan.

“Rahajeng Nyanggre Rahinan Suci Siwaratri. Semoga kita senantiasa diberkahi dan menemukan penyadaran sejati,” tutupnya. (adv/gb)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments