Senin, Maret 10, 2025
BerandaBisnis EkonomiOJK Pastikan Stabilitas Keuangan Terjaga Meski Hadapi Tantangan Ekonomi Global

OJK Pastikan Stabilitas Keuangan Terjaga Meski Hadapi Tantangan Ekonomi Global

GATRABALI.COM, JAKARTA Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai bahwa stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) tetap terjaga meskipun menghadapi tantangan ekonomi global dan domestik.

Hal ini disampaikan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan yang digelar pada 26 Februari 2025.

Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, menjelaskan bahwa dinamika ekonomi dunia masih penuh ketidakpastian, mulai dari volatilitas pasar hingga perkembangan geopolitik global. Pertumbuhan ekonomi global masih stagnan, meskipun inflasi di beberapa negara mulai menunjukkan tren penurunan. Namun, volatilitas pasar tetap tinggi akibat ketidakpastian kebijakan ekonomi dan geopolitik.

Di Amerika Serikat, pertumbuhan ekonomi tetap solid dengan tingkat inflasi mencapai 3 persen (yoy) pada Januari 2025. Core CPI yang naik ke 3,3 persen yoy menunjukkan tekanan harga masih tinggi di luar sektor energi dan pangan. Sementara itu, tingkat pengangguran turun ke 4 persen, meskipun peningkatan Nonfarm Payroll lebih rendah dari ekspektasi pasar. The Fed diperkirakan hanya akan memangkas suku bunga 1 hingga 2 kali sepanjang 2025.

Baca Juga  Disperindag Denpasar Adakan Pasar Murah untuk Kendalikan Inflasi dan Stabilkan Harga Kebutuhan Pokok

Dari sisi geopolitik, pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih tidak menghasilkan kesepakatan, memperpanjang ketidakpastian konflik Rusia-Ukraina. Selain itu, kebijakan tarif baru AS terhadap mitra dagang turut meningkatkan ketidakpastian global.

Di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi masih tertahan dengan tingkat inflasi yang rendah, hanya 0,5 persen yoy. Indeks harga produsen (PPI) juga terus mengalami kontraksi, sementara PMI turun ke 50,1, di bawah ekspektasi pasar. Bank sentral Tiongkok mempertahankan suku bunga acuan dan memperketat regulasi ekspor rare earth, yang berpotensi berdampak pada industri teknologi global.

Di dalam negeri, inflasi Januari 2025 tercatat sebesar 0,76 persen yoy, dengan inflasi inti sebesar 2,26 persen yoy, menandakan permintaan domestik masih cukup baik. Namun, beberapa indikator perlu dicermati, seperti penurunan penjualan kendaraan bermotor, semen, serta perlambatan pertumbuhan harga dan volume penjualan rumah.

Baca Juga  Penjabat Gubernur Bali Paparkan Capaian Kinerja Triwulan Kedua 2024

Dari sisi produksi, PMI Manufaktur naik ke level 51,9 dari sebelumnya 51,2 pada Januari 2025, mencerminkan ekspansi sektor manufaktur. Kinerja eksternal juga tetap solid dengan surplus neraca perdagangan meningkat signifikan menjadi USD 3,45 miliar pada Januari 2025, naik 71,71 persen yoy dari Desember 2024.

Di pasar modal, sentimen global memengaruhi pasar saham domestik yang melemah 11,80 persen mtd ke level 6.270,60 pada 28 Februari 2025. Nilai kapitalisasi pasar turun 11,68 persen mtd menjadi Rp10.879,86 triliun, dengan investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp18,19 triliun mtd. Penurunan terbesar terjadi di sektor energi dan infrastruktur.

Sementara itu, indeks pasar obligasi ICBI mengalami penguatan 1,14 persen mtd ke level 400,21. Yield SBN rata-rata turun 13,61 bps mtd, dengan investor asing mencatatkan net buy Rp8,86 triliun mtd. Namun, di obligasi korporasi, investor asing justru mencatatkan net sell sebesar Rp0,21 triliun mtd.

Di sektor dana pensiun, total aset per Januari 2025 tumbuh 7,26 persen yoy mencapai Rp1.516,20 triliun. Program pensiun sukarela mencatat pertumbuhan 3,47 persen yoy dengan nilai Rp383,11 triliun, sementara program pensiun wajib mencapai Rp1.133,09 triliun, tumbuh 8,60 persen yoy. Namun, di sektor perusahaan penjaminan, nilai aset sedikit terkontraksi 0,12 persen yoy menjadi Rp46,59 triliun.

Baca Juga  Wabup Suiasa Hadiri Karya Dewa Yadnya di Desa Adat Pelaga

OJK mendukung kebijakan pemerintah dalam meningkatkan cadangan devisa melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari Sumber Daya Alam (SDA). Selain itu, OJK terus memperkuat pengawasan dan perlindungan investor pasar modal dengan meluncurkan aplikasi OJK OSIDA PMDK yang memanfaatkan Big Data Analytics Pasar Modal (BDA PM).

“BDA PM akan membantu dalam profiling investor dan clustering Perusahaan Efek, sehingga pengawasan pasar modal bisa lebih optimal,” ujar Ismail Riyadi.

OJK berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tantangan global.(gus/gb)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments