GATRABALI.COM, BADUNG – Setiap tahun, perayaan Nyepi di Bali bukan hanya soal keheningan, tetapi juga momen bagi kreativitas dan filosofi untuk bersatu dalam wujud ogoh-ogoh.
Tahun ini, Banjar Bualu, Kecamatan Kuta Selatan, menghadirkan Tattwaning Kalisangara, sebuah karya ogoh-ogoh megah yang bukan sekadar patung raksasa, tetapi juga cerminan mendalam tentang sifat manusia dan tantangan hidup di era Kaliyuga.
Dengan bobot lebih dari 1 ton dan tinggi mencapai 5 meter, ogoh-ogoh ini menjadi pusat perhatian, baik karena ukurannya yang ekstrem maupun makna yang dikandungnya.
Filosofi di Balik Karya
Ogoh-ogoh ini mengangkat konsep Sad Ripu, enam musuh dalam diri manusia yang sering kali menghalangi perjalanan menuju kebajikan. Setiap tokoh dalam ogoh-ogoh ini memiliki makna mendalam:
1. Krodha – Kemarahan yang membara, digambarkan sebagai raksasa berwarna merah dengan kulit melepuh.
2. Kama – Nafsu yang tak terkendali, divisualisasikan sebagai sosok bermata banyak.
3. Mada – Keangkuhan terhadap ketampanan, diwujudkan sebagai manusia bertopeng.
4. Lobha – Keserakahan yang digambarkan dengan kepala babi.
5. Matsarya – Iri hati yang membakar, diperlihatkan dengan dada yang menyala.
6. Moha – Kebingungan dan beban pikiran berlebih, divisualisasikan sebagai tengkorak dengan otak mencuat.
7. Bhutaning Kala – Tokoh utama di puncak ogoh-ogoh, bersayap sebagai simbol ambisi yang selalu ingin berada di atas.
Karya Kolaboratif dengan Detail Mengagumkan
Pembuatan Tattwaning Kalisangara melibatkan banyak tenaga dengan material utama berupa rotan untuk rangka, serta kertas, tisu, dan cat untuk membentuk detail tubuhnya. Bagian sayap yang menjulang dibuat dari kain dan karton yang diukir secara presisi. Seluruh pengerjaan dilakukan dengan semangat gotong royong dan ketelitian tinggi, mencerminkan komitmen pemuda Banjar Bualu dalam menjaga tradisi dan menyampaikan pesan moral melalui seni.
Ambisi Meraih Juara
Dengan total biaya pembuatan mencapai Rp 140 juta, Tattwaning Kalisangara telah masuk nominasi 1 di Zona 7 Kuta Selatan dan menjadi kandidat kuat dalam lomba ogoh-ogoh tingkat Kabupaten Badung.
Karya ini bukan sekadar tontonan, tetapi juga pengingat bahwa manusia harus mampu mengendalikan sifat-sifat buruk dalam dirinya. Dengan dukungan penuh dari masyarakat, Tattwaning Kalisangara diharapkan tidak hanya mengharumkan nama Banjar Bualu, tetapi juga menjadi simbol refleksi diri dalam perayaan Nyepi tahun ini. (gus/gb)