GATRABALI.COM, BADUNG – Tim akademisi dari Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (FP-Unwar) memperkenalkan teknologi pengolahan kotoran babi menjadi pupuk organik dengan menggunakan Effetive Mikroorganisme (EM4).
EM4 adalah sekumpulan mikroorganisme yang mampu mempercepat proses pengomposan dan memperbaiki kualitas tanah, memberikan pengaruh positif terhadap kualitas pupuk yang dihasilkan dari kotoran babi.
Tim akademisi FP-Unwar yang terdiri dari Ir. Made Sri Yuliartini, M.Si, Ir. Anak Agung Ngurah Mayun Wirajaya, MM, dan Dr. Desak Ketut Tristiana Sukmadewi, S.Si, M.Si, mengusulkan pengolahan kotoran babi dengan EM4 sebagai langkah untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan mendukung pertanian berkelanjutan.
“Kotoran babi berbentuk padat mengandung hara Nitrogen yang cukup tinggi sebesar 0,95%, Fosfor 0,35%, dan Kalium 0,40%. Oleh karena itu, kotoran babi sangat efektif dijadikan pupuk organik yang akan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman,” ujar Ketua Tim Pengabdian Ir. Made Sri Yuliartini, M.Si, saat acara sosialisasi dan pelatihan pembuatan pupuk dengan metode EM4 di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan (P4S) Sedana Sari, Desa Selat, Kecamatan Abiansemal, Badung, Senin, 17 Juni 2024.
Yuliartini menjelaskan bahwa kotoran babi dapat terdekomposisi dengan cepat apabila dibantu oleh mikroba seperti bakteri asam laktat Lactobacillus Sp, EM4, bakteri fotosintetik, serta Streptomyces sp. Salah satu aktivator yang dapat digunakan adalah Effetive Mikroorganisme (EM4).
“Penerapan teknologi pupuk organik dalam bidang pertanian merupakan salah satu upaya dalam mendukung pertanian berkelanjutan. Kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan dan kesulitan dalam mendapatkan serta mahalnya harga pupuk anorganik di kalangan petani mendorong pemanfaatan limbah organik yang murah, tersedia cukup banyak, dan ramah lingkungan seperti kotoran hewan ternak babi,” tambah Yuliartini.
Ketua P4S Sedana Sari, I Made Suparsa, menyatakan bahwa selama ini limbah kotoran ternak babi belum pernah diolah dan dibuang begitu saja, yang akhirnya menimbulkan pencemaran lingkungan.
“Upaya pengolahan ini diharapkan akan memberikan nilai tambah bagi kelompok ternak dan memenuhi kebutuhan pupuk organik yang diperlukan untuk penanaman tanaman hortikultura,” jelas Suparsa.
Dengan adanya teknologi ini, diharapkan masyarakat petani dapat memanfaatkan limbah kotoran babi secara optimal sehingga mampu meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. (gus/gb)