Sabtu, April 26, 2025
BerandaBaliEkonomi Bali Diprediksi Tumbuh 5-5,8 Persen di Tahun 2025, Lebih Tinggi dari...

Ekonomi Bali Diprediksi Tumbuh 5-5,8 Persen di Tahun 2025, Lebih Tinggi dari Nasional

GATRABALI.COM, DENPASAR – Perekonomian Bali tetap menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah ketidakpastian global.

Dalam forum BALINOMICS yang digelar pada 25 Februari 2025, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Butet Linda H. Panjaitan, mengungkapkan bahwa ekonomi Bali pada tahun 2025 diperkirakan tumbuh di kisaran 5-5,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan perkiraan pertumbuhan nasional yang berada di angka 4,7-5,5% (yoy).

Pemulihan sektor pertanian, optimisme investasi dengan hadirnya program-program unggulan pemerintah, serta ekspor komoditas unggulan industri pengolahan kerajinan menjadi faktor utama yang menopang pertumbuhan ekonomi Bali.

Selain itu, kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan dan strategi pengembangan pariwisata berkualitas turut memperkuat daya saing ekonomi daerah ini.

Namun, di balik optimisme tersebut, masih terdapat tantangan yang harus dihadapi. Ketimpangan ekonomi antara wilayah Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) yang berbasis pariwisata dan wilayah non-Sarbagita yang berbasis non-pariwisata masih menjadi persoalan. Saat ini, sekitar 65% perekonomian Bali terkonsentrasi di Bali Selatan, sementara wilayah lainnya belum berkembang secara merata. Oleh karena itu, diperlukan strategi investasi yang lebih berkelanjutan agar pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan secara lebih inklusif.

Baca Juga  Diduga Akibat Terjerat Ekonomi, Seorang Pria di Negara Nekad Mengakhiri Hidup

Ketergantungan yang tinggi terhadap sektor pariwisata, yang berkontribusi sekitar 38% terhadap perekonomian Bali, juga menjadikan daerah ini rentan terhadap guncangan eksternal. Untuk mengatasi hal tersebut, diversifikasi ekonomi menjadi langkah kunci. Pengembangan sektor agrowisata, agroindustri, dan industri kreatif di Bali Utara dan daerah lainnya diharapkan mampu menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang lebih berkelanjutan.

Selain itu, di tengah tingginya akseptansi digital di Provinsi Bali, masih terdapat kesenjangan antara akseptansi dan literasi digital dalam sistem pembayaran.

Masih ada pelaku usaha dan masyarakat yang belum sepenuhnya memahami mitigasi risiko dalam transaksi digital. Oleh karena itu, Bank Indonesia secara konsisten melakukan edukasi guna meningkatkan keamanan dan perlindungan konsumen dalam sistem digitalisasi pembayaran.

Baca Juga  Ketut Lihadnyana Resmikan Gedung PLUT Koperasi-UMKM Kabupaten Buleleng

Untuk menjawab berbagai tantangan tersebut, Bank Indonesia merumuskan tiga strategi utama, yaitu mendorong sektor padat karya, memperluas akses pembiayaan, dan mempercepat digitalisasi.

Dalam upaya mendorong sektor padat karya, peningkatan kualitas pariwisata, perlindungan lahan pertanian, serta penguatan pertanian organik dan pengembangan industri kecil-menengah berbasis ekonomi kreatif menjadi fokus utama. Sementara itu, akses pembiayaan akan diperluas melalui optimalisasi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) guna mendorong perbankan dan pelaku usaha menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas.

Peran Jamkrida juga akan diperkuat dalam penyaluran kredit bagi UMKM, serta ekosistem investasi di Bali akan terus dikembangkan untuk meningkatkan pembiayaan dari sektor non-pemerintah.

Baca Juga  Pembaruan Coretax DJP, Pajak Masukan Kini Bisa Dikreditkan Hingga Tiga Masa Pajak

Di sisi lain, percepatan digitalisasi menjadi langkah penting dalam meningkatkan daya saing ekonomi Bali. Bank Indonesia menekankan perlunya literasi digital yang lebih luas melalui program edukasi yang menyasar seluruh lapisan masyarakat.

Selain itu, ekosistem digital akan diperkuat di berbagai sektor, termasuk transportasi dan layanan publik, guna mengoptimalkan transaksi non-tunai.

Ketiga strategi tersebut sejalan dengan program Asta Cita Nasional dalam memperkuat ekosistem pangan dan digitalisasi. Inisiatif yang dilakukan Bank Indonesia mencakup fasilitasi kerja sama hulu-hilir, replikasi model bisnis komoditas utama, pengembangan UMKM, serta implementasi transaksi non-tunai di berbagai sektor.

Dalam penutup paparannya, Butet Linda H. Panjaitan menyampaikan optimisme bahwa dengan sinergitas seluruh pemangku kepentingan, Bali dapat terus bertumbuh secara berkelanjutan, inklusif, dan tangguh menghadapi tantangan di masa depan. (ism/gb)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments