GATRABALI.COM, DENPASAR – Kaum intelektual Bali menganggap penting keberlanjutan kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster.
Pada pertemuan bertajuk “Nayaka-Bali-Nagata” atau “Kepemimpinan Bali Masa Depan” yang digelar di Ruang Nata Widya Sabha Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar pada Rabu, 24 Juli 2024, 12 rektor dan 10 guru besar dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Bali menyepakati dukungan bagi Wayan Koster untuk memimpin Bali di periode kedua. Mereka juga merumuskan enam rekomendasi yang diharapkan menjadi pedoman kepemimpinan Koster jika terpilih kembali.
Dalam pertemuan yang dipandang sebagai bentuk “dharma sejati” perguruan tinggi Bali ini, Rektor ISI Denpasar, Prof. I Wayan ‘Kun’ Adnyana, menyatakan bahwa Pesamuan Pimpinan dan Guru Besar ini adalah ruang diskusi kritis bagi para akademisi untuk menyusun pandangan yang jelas mengenai tantangan yang dihadapi Bali.
Menurutnya, pertemuan ini penting untuk merumuskan arah kepemimpinan masa depan Bali yang mampu mengatasi masalah internal dan eksternal.
Salah satu dari enam rekomendasi tersebut menilai bahwa Wayan Koster telah membangun fondasi kuat untuk kemajuan Bali selama masa jabatannya dari 2018 hingga 2023, sehingga diperlukan keberlanjutan kepemimpinan Koster untuk mengimplementasikan visi “Seratus Tahun Bali Era Baru 2025-2125.”
Rektor Universitas Bali Internasional (UNBI) dan Guru Besar Universitas Udayana, Prof. I Made Bakta, menyatakan bahwa kaum intelektual memiliki tanggung jawab untuk memilih pemimpin berdasarkan rekam jejak.
“Bali memerlukan pemimpin dengan pemahaman mendalam akan budaya dan nilai religius,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Warmadewa, Prof. I Gde Suranaya Pandit, menekankan pentingnya pariwisata ramah lingkungan untuk memastikan keberlanjutan nilai-nilai budaya Bali.
Guru Besar Hukum Universitas Udayana, Prof. I Made Arya Utama, juga mengapresiasi inisiatif Koster dalam mewujudkan Undang-Undang Provinsi Bali serta berbagai peraturan daerah yang menjadi tonggak hukum perlindungan budaya Bali.
Berikut adalah enam rekomendasi dari pertemuan ini yang diharapkan dapat memandu arah pembangunan Bali ke depan:
1. Prinsip Keberlanjutan: Bali dibangun berdasarkan keberlanjutan antara pemuliaan nilai luhur masa lalu dan kebutuhan masa kini.
2. Pemahaman Tantangan Bali: Bali memiliki tantangan terkait alam, manusia, dan budaya yang membutuhkan pemimpin yang memahami masalah-masalah ini.
3. Ekonomi Berbasis Kerthi Bali: Pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa Bali perlu memperkuat ekonomi primer dan sekunder, seperti pertanian dan industri pengolahan, seimbang dengan sektor pariwisata.
4. Sumber Daya Manusia Berkualitas: Perlu pengembangan kapasitas sumber daya manusia Bali yang unggul dan berdaya saing tinggi.
5. Pondasi Hukum yang Kuat: Bali kini memiliki dasar hukum yang kokoh, termasuk Undang-Undang Provinsi Bali Nomor 15 Tahun 2023 dan peraturan daerah lainnya yang mendukung pemajuan budaya dan keberlanjutan Bali.
6. Keberlanjutan Kepemimpinan: Fondasi kokoh yang dibangun Wayan Koster selama periode 2018-2023 perlu dilanjutkan untuk memastikan tercapainya visi “Seratus Tahun Bali Era Baru.”
Pertemuan ini menegaskan komitmen kalangan akademisi Bali untuk menjaga dan memajukan Bali melalui dukungan terhadap kepemimpinan yang berorientasi pada kesejahteraan berkelanjutan dan penguatan nilai budaya serta tradisi.(gb)