GATRABALI.COM, DENPASAR – Proyek transportasi massal berbasis kereta di Bali, atau yang lebih dikenal dengan Bali Urban Rail and Associated Facilities (Subway/LRT), telah memasuki tahap penunjukan mitra strategis dan pemimpin konsorsium investor.
PT. Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ), yang bertanggung jawab atas pengembangan proyek ini, menunjuk PT. Bumi Indah Prima (BIP) sebagai Qualified Partner dan Lead Consortium of Investors.
Surat penunjukan tersebut diserahkan oleh Direktur Utama SBDJ I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra (Ari Askhara) kepada Direktur Utama PT. BIP Aditya Anton Subowo di Hotel Andaz Sanur Denpasar pada Rabu, 24 Juli 2024.
Penyerahan ini disaksikan oleh Pj. Gubernur Bali S. M. Mahendra Jaya, Direktur Utama PT. Jamkrida Bali Mandara (Perseroda) I Ketut Widiana Karya, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas RI Suharso Monoarfa. Acara ini juga ditandai dengan penyerahan miniatur Tunnel Boring Machine (TBM) dari Dirut PT. SBDJ kepada Pj. Gubernur Mahendra Jaya.
Pj. Gubernur Bali, Mahendra Jaya, dalam sambutannya menyampaikan selamat atas penunjukan PT. BIP sebagai mitra strategis. Ia menekankan pentingnya melanjutkan proses sesuai tahapan dan ketentuan yang berlaku, serta membuka ruang kerja sama dengan investor lain.
“Investor harus mengutamakan masyarakat lokal untuk transfer knowledge dalam pembangunan dan pengoperasiannya,” ujarnya.
Mahendra Jaya juga mengakui bahwa pengembangan koridor transportasi massal berbasis kereta di Bali merupakan kerja besar yang membutuhkan dukungan berbagai pihak. Awalnya, ia ragu karena keterbatasan fiskal daerah dan pusat serta belum adanya model pembiayaan infrastruktur tanpa menggunakan anggaran APBN atau APBD. Namun, ia diyakinkan oleh berbagai pihak bahwa pola pembiayaan baru ini bisa dilaksanakan karena Bali memiliki daya tarik luar biasa.
Sebagai gambaran, trafik penumpang, kargo, dan pergerakan pesawat di Bandara I Gusti Ngurah Rai selama semester 1 Tahun 2024 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah flight internasional naik 18%, penumpang naik 26%, dan kargo naik 72%. “Hal ini menambah optimisme kami bahwa Bali memiliki daya tarik bagi wisatawan,” kata Mahendra Jaya.
Mitra strategis memandang peluang ini dengan baik sehingga tidak ragu berinvestasi. Investor tertarik karena target utama mereka adalah wisatawan. Selain pendapatan dari tiket, investor juga akan memperoleh keuntungan dari penggunaan naming rights, ruang bawah tanah (mice, mall, hotel, restoran, dan tempat hiburan lainnya), penyewaan utilitas (jaringan telekomunikasi, listrik, air, gas), dan kredit karbon.
“Pemerintah daerah juga akan mendapatkan persentase dari hasil operasional subway,” tambah Mahendra Jaya.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas RI, Suharso Monoarfa, menegaskan bahwa proyek ini merupakan pertaruhan kementeriannya yang mendorong model pembiayaan pembangunan baru ini. Bali menjadi percontohan karena konsep transformasi ekonominya diluncurkan oleh Presiden RI Joko Widodo pada 3 Desember 2021. Konsep ini diimplementasikan dalam Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru dengan berbagai kegiatan seperti penanganan sampah dan penerapan energi terbarukan.
“Apa yang kami rancang dalam peta jalan ekonomi Kerthi Bali, satu demi satu mulai terwujud,” ujarnya.
Proyek ini dinilai sangat strategis karena bertujuan memberikan kenyamanan bagi wisatawan dan penduduk lokal. Suharso Monoarfa menilai bahwa model subway adalah pilihan tepat mengingat lalu lintas di Bali saat ini yang berbeda dibandingkan beberapa tahun lalu.
“Tak mungkin membangun jalan layang, sehingga subway adalah pilihan terbaik,” tambahnya.
Direktur Utama PT. SBDJ, Ari Askhara, menginformasikan bahwa tahap berikutnya adalah groundbreaking yang dijadwalkan pada bulan September 2024 di Kuta Parking Centre. Pembangunan subway Bali akan dilaksanakan dalam empat tahap pengerjaan:
- Tahap Satu: Airport – Kuta Sentral Parkir – Seminyak – Berawa – Cemagi
- Tahap Dua: Airport – Jimbaran – Unud – Nusa Dua
- Tahap Tiga: Kuta Sentral Parkir – Sesetan – Renon – Sanur
- Tahap Empat: Renon – Sukawati – Ubud
Fase Airport-Kuta dan Airport-Jimbaran-Unud-Nusa Dua ditargetkan rampung awal tahun 2028, dan keseluruhan fase satu dan dua selesai pada tahun 2031. Total nilai investasi untuk dua fase pertama adalah USD 10.8 miliar, sedangkan total biaya untuk keseluruhan empat fase mencapai USD 20 miliar.
Setiap fase mencakup pembangunan infrastruktur transportasi berupa terowongan dan rel kereta bawah tanah, infrastruktur utilitas pendukung seperti telekomunikasi, listrik, air minum, sampah, dan limbah, serta pembangunan transit oriented development (TOD). Pihak SBDJ juga akan mempersiapkan SDM Bali menjadi operator dan pemilik proyek ini sehingga mereka tidak hanya menjadi penonton.
Acara ini juga dihadiri oleh pejabat dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Investasi/BKPM, Kajati Bali Ketut Sumedana, perwakilan Bupati/Walikota wilayah Sarbagita, dan pimpinan perangkat daerah Pemprov Bali terkait. (gus/gb)