GATRABALI.COM, BULELENG – Generasi muda Hindu Bali, khususnya dari kalangan yowana, menilai bahwa warisan budaya dan tradisi Bali kini semakin kuat di bawah kepemimpinan Gubernur Bali, Wayan Koster.
Menurut mereka, Koster telah meletakkan fondasi yang kokoh bagi pelestarian desa adat Bali, yang meliputi seni, budaya, agama, adat istiadat, dan kearifan lokal.
Gede Arya, seorang yowana yang juga anggota Majelis Desa Adat Kabupaten Buleleng, menyatakan bahwa seluruh generasi muda Bali mengetahui kerja keras Wayan Koster dalam memperkuat peradaban Bali.
“Peradaban yang dibangun Pak Yan (Wayan Koster) adalah prestasi besar bagi Bali,” ujar Arya.
Dia menambahkan bahwa sebagai generasi penerus, mereka merasa warisan adat dan desa adat Bali kini lebih kuat dan lebih baik dibandingkan sebelumnya berkat upaya Koster.
Selain desa adat, Arya juga menyoroti pentingnya peran aksara dan bahasa Bali yang semakin diperkuat selama kepemimpinan Koster. Namun, dia menegaskan bahwa meskipun aksara Bali telah mendapat perhatian lebih, tantangan terbesar ke depan adalah memaksimalkan perayaan Bulan Bahasa Bali di desa adat.
“Ini harus menjadi perhatian serius jika Pak Koster kembali memimpin Bali,” ujarnya.
Wayan Koster, dalam kesempatan yang sama, menjelaskan bahwa sejak awal kepemimpinannya, ia telah berfokus pada pembangunan Bali dengan filosofi kearifan lokal, salah satunya dengan memperkuat desa adat sebagai benteng budaya dan pariwisata Bali. Salah satu pencapaiannya adalah penerapan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 80 Tahun 2018 yang mengatur penggunaan aksara Bali.
Koster menekankan pentingnya aksara Bali dalam menjaga identitas budaya Bali.
“Aksara Bali ini adalah sumber peradaban kita. Semua dimulai dari aksara, jadi kata, jadi kalimat, dan seterusnya,” tegasnya.
Ia pun mendorong generasi muda Bali untuk lebih aktif menggunakan aksara Bali, terutama melalui lomba-lomba yang digelar untuk menulis aksara Bali di lontar.
Respon positif dari generasi muda terhadap lomba bulan bahasa menunjukkan bahwa minat mereka terhadap aksara Bali masih tinggi.
“Saya pikir saya sudah kehilangan generasi muda yang tahu tentang aksara Bali, ternyata tidak, ini luar biasa,” ujar Koster, yang merasa optimis bahwa aksara Bali akan terus hidup dan digunakan di masa depan.
Koster memiliki cita-cita besar untuk masa depan Bali, di mana generasi muda Bali tidak hanya mengenal aksara Bali, tetapi juga menggunakannya sebagai bagian dari identitas dan jati diri mereka.
“Generasi muda Bali yang lahir pasca saya, harus hafal dan tahu tentang aksara Bali. Mereka harus tumbuh dengan karakter yang muncul dari peradaban kita sendiri,” ujarnya.
Selain itu, Koster juga mengajak masyarakat Bali untuk memperkuat adat istiadat, seni, budaya, dan kearifan lokal Bali, serta mendukung penggunaan busana adat Bali, produk lokal, dan menjaga kelestarian desa adat.
“Itulah yang ingin saya terapkan untuk Bali yang lebih baik,” tutupnya.(gb)