GATRABALI.COM, BADUNG – Tindakan kekerasan cendrung dilakukan remaja atau anak-anak belakangan ini disebabkan oleh faktor melihat, contoh kekerasan di lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekitarnya.
Sehingga hal ini membuat Anak atau Remaja secara langsung maupun tidak langsung melihat atau mendengar tindakan kekerasan tersebut sehingga, menganggap melakukan kekerasan hal wajar
Anak-anak maupun remaja dapat melakukan tindakan kekerasan karena beberapa faktor mulai, faktor lingkungan, adanya “contoh” atau “model” tindakan kekerasan di sekitar anak.
Seperti halnya, melihat orang dewasa melakukan tindak kekerasan, atau anak menonton film atau berita yang mengandung kekerasan.
Hal ini membuat Anak secara langsung maupun tidak langsung melihat atau mendengar tindakan kekerasan tersebut dan tidak disertai dengan penjelasan dari orang dewasa bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan merupakan tindakan yang salah dan dapat merugikan orang lain maupun diri sendiri, sehingga anak menganggap bahwa melakukan kekerasan adalah hal yang “wajar” dan “boleh dilakukan”.
Keterbatasan pemahaman anak mengenai konsekuensi dari tindakan kekerasan yang dilakukan, sehingga orang dewasa di sekitar anak perlu memberikan pemahaman ke anak mengenai apa saja perilaku yang termasuk dalam tindakan serta konsekuensi yang diperoleh anak ketika melakukan tindakan tersebut,
“Iya, karena anak merupakan peniru yang ulung dan apabila tidak disertai dengan pendampingan, anak belajar bahwa kekerasan adalah hal boleh atau wajar untuk dilakukan,” jelas salah satu Psikolog, Ni Made Pradnya Amadeandra Kusuma, M.Psi., Rabu, 17 Januari 2024 di Badung.
Dirinya mengatakan, Jika seorang anak atau remaja telah memiliki jiwa kekerasan dapat dbenahi jiwanya seperti misalnya, berada di lingkungan aman dan nyaman ke anak.
“Bisa, dengan memberikan lingkungan aman dan nyaman untuk anak, memberikan dukungan agar anak bisa berhenti melakukan tindakan kekerasan, memberikan pemahaman mengenai konsekuensi atas tindakan kekerasan yang dilakukan,” jelasnya.
Menurut Dirinya, selama ini kurang lebih ada puluhan orang tua anak maupun pelajar telah melakukan konsultasi terkait dengan timbulnya jiwa kekerasan pada anak maupun remaja per tahunnya.
“Dari pengalaman saya sendiri, lebih dari 10 orang tua bersama anaknya sempat melakukan konsultasi per tahunnya,” ucapnya.
Dirinya menambahkan, ada beberapa upaya perlu dilakukan baik oleh pihak terkait maupun orang tua, Melakukan edukasi sedini mungkin mengenai cara-cara pencegahan tindakan kekerasan, bisa dimulai dari keluarga, sekolah, maupun lembaga yang menanganin tindak-tindak kekerasan, Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak, artinya lingkungan yang bebas dari tindakan kekerasan serta memberikan pendampingan ketika anak menonton film atau membaca cerita, memilih tontonan yang sesuai dengan usia anak.(gun/gb)