GATRABALI.COM, GIANYAR – Pengelola Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS-3R) diminta untuk memproduksi atau membuat eco-enzyme sebagai upaya penganekaragaman produk olahan sampah.
Eco-enzyme dapat dibuat dari sampah sisa sayur dan buah yang terbuang dan terangkut ke TPS 3R. Produksi eco-enzyme dapat menjadi salah satu pilihan dalam pengolahan dan pengurangan sampah, serta menjadi produk olahan sampah yang bernilai ekonomi.
Permintaan tersebut disampaikan akademisi Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (Unwar), I Nengah Muliarta, saat memberikan pelatihan pembuatan eco-enzyme bagi pengelola TPS-3R di Desa Buahan pada Jumat, 1 Agustus 2024. Kegiatan sosialisasi ini digelar sebagai bagian dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan mahasiswa Universitas Warmadewa di Desa Buahan.
Muliarta menjelaskan bahwa eco-enzyme adalah cairan fermentasi yang dihasilkan dari bahan organik seperti sisa-sisa buah, sayur, dan limbah dapur lainnya. Manfaatnya sangat beragam, termasuk sebagai pupuk organik, pestisida alami, dan pembersih ramah lingkungan. Dengan memproduksi eco-enzyme, pengelola TPS dapat mengurangi dampak negatif sampah dan memanfaatkannya secara produktif.
“Eco-enzyme adalah solusi berkelanjutan untuk mengelola sampah. Dengan mengajak pengelola TPS untuk memproduksinya, kita berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengolahan sampah secara bijaksana,” kata Muliarta, yang juga merupakan Koordinator Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wilayah Bali, NTB, dan NTT.
Muliarta berharap cara pembuatan eco-enzyme nantinya dapat disebarluaskan kepada masyarakat luas, sehingga setiap keluarga memiliki kemampuan dalam membuat eco-enzyme. Jika hal ini mampu dilakukan, maka konsep zero waste dari tingkat rumah tangga akan dapat diimplementasikan. Langkah ini juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Bali mengenai pengelolaan sampah berbasis sumber.
Pengelola TPS 3R Buana Asri di Desa Buahan, I Wayan Triana, mengaku akan mensosialisasikan pengolahan sampah sayur dan buah menjadi eco-enzyme. Harapannya, sampah dari rumah tangga yang masuk ke TPS 3R semakin berkurang karena sudah diolah mulai dari rumah tangga.
“Setidaknya pembuatan eco-enzyme ini bisa kita mulai dengan mensosialisasikan ke ibu rumah tangga, sehingga sisa sayur dan buah dapat diolah terlebih dahulu menjadi eco-enzyme di rumah masing-masing,” ujar Triana.
Sedangkan Koordinator KKN Unwar di Desa Buahan, Ayu Wijayanti, mengakui bahwa pelatihan eco-enzyme merupakan salah satu program kerja yang disusun untuk membantu desa dalam mengatasi permasalahan sampah, khususnya pemanfaatan sampah menjadi produk bernilai ekonomi. Pelatihan pembuatan eco-enzyme juga atas permintaan dari pengelola TPS 3R, dengan harapan nantinya mampu membuat produk olahan sampah yang semakin beragam.
“Pengolahan sampah menjadi produk selain kompos dibutuhkan untuk menghasilkan penganekaragaman produk olahan sampah. Kami berharap apa yang kami lakukan di sini dapat bermanfaat dan berkelanjutan,” ungkap Ayu Wijayanti. (gus/gb)