GATRABALI.COM, DENPASAR – Di tengah gencarnya kampanye industri rokok mengenai rokok elektronik sebagai alternatif rokok konvensional, Pusat Penelitian Center for NCDs, Tobacco Control and Lung Health (Udayana CENTRAL) Universitas Udayana telah mengungkap temuan penting mengenai promosi rokok elektronik. Riset ini mengidentifikasi empat kelompok utama yang aktif mengkampanyekan rokok elektronik dengan narasi harm reduction atau pengurangan dampak rokok.
Riset tersebut dipaparkan oleh Ketua Udayana CENTRAL, dr. Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH, Ph.D, yang juga merupakan Ketua Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Swandewi Astuti menjelaskan bahwa hasil riset telah disampaikan dalam diseminasi yang berlangsung di Jakarta pada 25 Juli 2024.
“Kami harapkan, hasil kajian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan pengendalian penggunaan bahan adiktif, baik berupa rokok konvensional maupun rokok elektronik,” kata Swandewi Astuti pada konferensi pers di Denpasar, Jumat, 26 Juli 2024.
Menurutnya, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna rokok elektronik terbanyak di dunia. Penggunaan rokok elektronik mulai marak sejak 2011 dan terus meningkat hingga saat ini.
“Tren rokok elektronik kini menjadi ancaman serius bagi peningkatan perilaku merokok, terutama di kalangan remaja,” ujarnya.
Prevalensi penggunaan rokok elektronik pada orang dewasa di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, dari 0,3% pada tahun 2011 menjadi 3,0% pada tahun 2021 menurut survei GATS 2021. Data terbaru dari Survey Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektronik di kalangan remaja berusia 10 hingga 18 tahun mencapai 8,5%.
“Meningkatnya penggunaan rokok elektronik tidak terlepas dari upaya industri dalam mempromosikan produknya melalui berbagai strategi pemasaran,” ujar Swandewi Astuti.
Dia mengungkapkan bahwa industri rokok elektronik bersama aktor-aktor pendukungnya sering kali mengklaim bahwa produk ini lebih aman dan dapat membantu berhenti merokok, sehingga menarik minat anak muda untuk mencoba.
Riset ini mengumpulkan data dari Oktober 2023 hingga Februari 2024 dan menemukan bahwa terdapat empat kelompok yang aktif mengkampanyekan rokok elektronik dengan narasi harm reduction. Keempat kelompok tersebut adalah:
- Kelompok Penelitian dan Lembaga Pendidikan: Kelompok ini menggunakan pendekatan akademis untuk meyakinkan pemerintah agar mendukung penggunaan rokok elektronik. Mereka menyelenggarakan workshop, seminar, dan diskusi publik mengenai rokok elektronik sebagai alternatif pengurangan bahaya tembakau.
- Kelompok Penjual: Tujuan kelompok ini adalah menjual produk sebanyak mungkin. Para penjual rokok elektronik membentuk perkumpulan untuk mendorong penggunaan produk mereka dan menolak peraturan pemerintah terkait rokok elektronik. Mereka bahkan meminta pemerintah untuk menetapkan produk mereka sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk meyakinkan masyarakat tentang keamanannya.
- Kelompok Konsumen: Kelompok ini mengadakan acara “VAPE FAIR” setiap tahun, di mana mereka juga menghadirkan kelompok-kelompok pro-roko elektronik untuk mempengaruhi persepsi publik. Banyak anggota kelompok ini adalah anak muda, menambah kekhawatiran tentang dampaknya terhadap generasi muda.
- Kelompok Lainnya: Kelompok ini menggunakan berbagai bentuk gerakan, situs web, dan organisasi untuk menyebarkan informasi mengenai rokok elektronik. Salah satu contohnya adalah Gerakan Bebas TAR dan Asap Rokok (GEBRAK!), yang juga menjalankan petisi online dengan slogan “Sikap Cuek Kita Membunuh Sesama, Dukung Produk Rendah Risiko.”
Swandewi Astuti berharap bahwa kajian ini dapat memberikan masukan yang berharga bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan pengendalian penggunaan bahan adiktif dan memastikan kesehatan masyarakat terjaga.(gun/gb)