GATRABALI.COM, BULELENG – Terobosan inovatif kembali dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng dalam upaya mengurangi sampah anorganik, khususnya plastik.
Melalui program Bazar Butik atau Buah dari Sampah Plastik, DLH berhasil menahan 13 ton sampah anorganik agar tidak masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) hanya dalam kurun waktu enam bulan terakhir.
Program ini merupakan bentuk implementasi nyata dari sistem Bank Sampah Unit (BSU) yang telah dibentuk di berbagai sektor, mulai dari OPD, desa, sekolah, hingga lembaga masyarakat.
Sampah plastik yang dikumpulkan masyarakat dan pegawai melalui BSU dikonversi menjadi tabungan uang, yang selanjutnya digunakan untuk membeli buah-buahan menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.
“Nilai total sampah yang ditabung masyarakat hampir menyentuh Rp25 juta, dan kami belikan buah untuk dibagikan kepada para penabung sebagai bentuk apresiasi,” jelas Sekretaris DLH Buleleng, Kadek Agus Hartika, saat kegiatan Bazar Butik.
Bazar Butik bukan hanya ajang penukaran hasil tabungan sampah, tetapi juga simbol keberhasilan edukasi lingkungan sekaligus pemberdayaan masyarakat melalui konsep circular economy. Sampah tidak lagi menjadi beban, melainkan sumber ekonomi dan kebersamaan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa sampah plastik punya nilai. Kalau dikelola dengan benar, bisa memberikan manfaat, baik secara lingkungan maupun sosial,” ujar Agus Hartika.
Kegiatan ini juga melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti HIPMI Buleleng, Yayasan Angel Heart, dan Relawan Bali, yang turut membagikan 400 paket sembako kepada tenaga harian lepas kebersihan dan petugas pengangkut sampah di Kota Singaraja.
Menariknya, seluruh kegiatan dalam program ini didanai dari hasil tabungan sampah tanpa menggunakan anggaran APBD. Bahkan, penghargaan khusus diberikan kepada pegawai dengan tabungan terbanyak dari Bank Sampah “Bima Resik”.
Semangat pengelolaan sampah ini juga menjalar ke OPD lain, seperti Dinas PU yang mengelola Bank Sampah Ayam Plastik dan BSU di Dinas Kominfosanti.
“Kami ingin menjadikan pengelolaan sampah sebagai gerakan kolektif, membentuk budaya baru yang tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tutup Agus Hartika.(adv/gb)