GATRABALI.COM, BULELENG – Gumi Panji Sakti terkenal dengan banyak permainan tradisional yang unik, salah satunya adalah Megoak-goakan yang berasal dari Desa Panji. Megoak-goakan pertama kali tampil dalam Pesta Kesenian Bali ke XLV Tahun 2023, pada acara Jantra Tradisi Bali III Murtirupa (Demonstrasi) yang diadakan di Lapangan Timur Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB) Bajra Sandhi Renon, pada Sabtu, 1 Juli 2023.
Megoak-goakan sendiri adalah seni tari tradisional yang diubah menjadi permainan tradisional dari Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Konon, asal-usul Megoak-goakan berasal dari taktik Raja Buleleng, Ki Barak Panji Sakti saat menyerang Blambangan.
Berkat taktik ini, Buleleng berhasil menguasai Blambangan. Setelah kembali dari Blambangan, pasukan Bala Goak meniru taktik Megoak-goakan dan akhirnya mengadaptasinya menjadi permainan rakyat yang lestari hingga saat ini.
Setelah pentas, Ketua Komunitas Bala Goak Desa Panji, Gusti Putu Agus Suputra Jaya, mengungkapkan bahwa permainan tradisional ini tidak hanya dilaksanakan pada Ngembak Geni, satu hari setelah Nyepi, tetapi juga dimainkan pada acara besar di Kota seperti HUT Kota Singaraja.
“Bentuk pelestarian ini sebagai penghormatan terhadap Perjuangan Ki Barak Panji Sakti dalam mengalahkan Blambangan,” jelasnya.

Pihaknya menjelaskan bahwa partisipasi tradisi ini dalam Murtirupa (Demonstrasi) di Pesta Kesenian Bali dilakukan karena tradisi ini telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Hukum dan HAM RI, serta oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Hal ini juga bertujuan untuk memperkenalkan tradisi ini kepada masyarakat luas yang kaya akan sejarah.
“Tradisi ini adalah bukti sejarah dari Gumi Den Bukit, karena kejayaan Ki Barak Panji Sakti tidak terlepas dari Taruna Goak,” tambahnya.
Agus menjelaskan bahwa menurut sejarahnya, permainan ini melibatkan 49 orang dan diiringi oleh para penabuh balaganjur yang dapat membangkitkan semangat permainan tradisional ini.
Pada akhirnya, Agus menyatakan dukungannya kepada Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk terus melestarikan tradisi seperti ini dan memberikan dampak positif bagi generasi muda di tengah perkembangan digitalisasi yang begitu masif. Tujuannya adalah untuk membangkitkan rasa persaudaraan dan tanggung jawab.
“Mudah-mudahan dengan adanya acara seperti ini, permainan atau tari tradisional bisa lebih dipahami maknanya, tidak hanya di Buleleng, tetapi juga di kabupaten lain di Bali,” tutupnya.(adv/gatra)