GATRABALI.COM, BADUNG – Isu krisis air bersih di Kuta Selatan, Kabupaten Badung, kembali mencuat dan menjadi sorotan politik dalam ajang Pilkada Serentak 2024. Permasalahan ini telah menjadi perhatian pemerintah daerah, dengan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasinya. Namun, masalah air bersih di Kuta Selatan ternyata sangat kompleks dan memerlukan solusi jangka panjang.
Salah satu faktor penyebab krisis air bersih di wilayah ini adalah pesatnya perkembangan kawasan Pecatu, yang meningkatkan kebutuhan air secara signifikan. Selain itu, fasilitas air di wilayah tersebut, seperti Reservoir Well Site dan Ungasan, belum dapat beroperasi maksimal akibat kurangnya suplai dari Instalasi Penguat Pompa (IPP) TB4. Kondisi ini menyebabkan level air di reservoir tersebut terus berada pada posisi rendah.
Masalah lain yang turut memperparah situasi adalah infrastruktur perpipaan yang tidak memadai. Jalur Pura Kulat menggunakan pipa berdiameter 4 inci dengan jalur panjang dan berbukit, sementara jalur dari Pecatu menuju Pura Uluwatu hanya menggunakan pipa berdiameter 3 inci. Selain itu, kondisi topografi yang berbukit-bukit di Kuta Selatan memerlukan tekanan air yang tinggi, tetapi jaringan perpompaan yang ada rentan mengalami gangguan dan kebocoran.
Meskipun masalah ini rumit, Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta, menegaskan komitmennya untuk terus mencari solusi. Sebagai tokoh yang kini mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Bali, Giri Prasta optimis permasalahan air bersih di Kuta Selatan akan terselesaikan pada tahun 2025.
“Saya telah menugaskan Direktur Utama PDAM Badung dan jajarannya untuk memastikan masyarakat Badung, khususnya di Kuta Selatan, akan mendapatkan akses air bersih dengan tarif yang terjangkau,” ujar Giri Prasta dalam pernyataannya di Mangupura, Jumat 27 September 2024.
Salah satu solusi yang ia ajukan adalah pembangunan Bendungan Sidan. Menurut Giri Prasta, bendungan ini akan mampu menyediakan suplai air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di beberapa kabupaten/kota di Bali, termasuk Badung. Bendungan Sidan dapat menampung air hingga 3,2 juta meter kubik, dengan kapasitas produksi air baku sebesar 1,75 meter kubik per detik. Kabupaten Badung akan mendapatkan suplai air sebesar 500 liter per detik, yang diyakini cukup untuk memenuhi kebutuhan air di Kuta Selatan.
Selain pembangunan bendungan, PDAM Badung juga melakukan langkah-langkah penanggulangan krisis air dengan menyiapkan pompa cadangan dan meningkatkan kapasitas perpompaan di beberapa lokasi strategis, termasuk di IPP Teluk Benoa dan Reservoar Pecatu.
Dengan berbagai upaya tersebut, Giri Prasta optimis bahwa wilayah Kuta Selatan akan segera terbebas dari krisis air.
“Kami berupaya agar sumur-sumur bawah tanah tidak lagi digunakan, karena suplai air dari Bendungan Sidan akan mencukupi seluruh wilayah Badung,” jelasnya.
Giri Prasta juga berharap pembangunan jaringan distribusi air yang tengah dilakukan dapat segera selesai, sehingga air dapat didistribusikan dengan lebih efisien.
“Ini adalah kebutuhan mendasar, dan kami berkomitmen untuk memberikan pelayanan air bersih yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Badung,” pungkasnya.(gb)