GATRABALI.COM, DENPASAR – Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Made Mangku Pastika, menyatakan pentingnya tindakan afirmatif dari pemerintah untuk regenerasi para perajin tradisional. Hal ini disampaikan di tengah semakin minimnya sumber daya manusia yang mau menekuni bidang tersebut.
“Tidak hanya di sini yang memproduksi busana secara ‘handmade’ yang makin kesulitan tenaga kerja, demikian juga dengan lukisan Gaya Batuan dan Kamasan, juga akan semakin sulit mencari orang yang mau meneruskan seni yang adiluhung itu,” kata Pastika saat mengadakan kegiatan reses di Uluwatu Handmade Balinese Lace di Denpasar, Rabu 31 Juli 2024.
Menurutnya, produk kerajinan yang dibuat murni dengan tangan memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan yang dibuat secara massal.
“Bagi yang tidak mengerti, bisa saja dipandang mengapa harganya semahal itu? Padahal produk kerajinan yang handmade sarat dengan nilai filosofis,” ujar Gubernur Bali periode 2008-2018 itu.
Dalam kegiatan reses tersebut, Pastika juga menyampaikan apresiasi terhadap Uluwatu Handmade Balinese Lace yang telah memproduksi berbagai jenis busana berkualitas dan nyaman dikenakan. Usaha ini juga memberdayakan para wanita yang menekuni teknik merajut dan membordir.
Pastika menilai, pemilihan warna hitam putih dari busana-busana yang diproduksi Uluwatu Handmade Balinese Lace mengandung filosofi luar biasa. Dia mengingatkan agar kualitas busana-busana tersebut dipertahankan karena sudah memiliki segmen pasar tersendiri.
Ni Made Jati, pemilik Uluwatu Handmade Balinese Lace, mengungkapkan usaha ini sudah dirintis sejak tahun 1979, bermula dari berjualan sebagai pedagang acung di Pantai Kuta. Proses produksi satu pakaian bisa mencapai 12 tahap, dengan tampilan yang menarik serta harus sejuk dan nyaman ketika dikenakan.
“Awalnya motif-motif pada busana yang kami buat terinspirasi dari ombak di Pantai Kuta. Sedangkan pilihan warna hitam dan putih karena wisatawan menyukai dua warna itu,” tuturnya. Busana yang diproduksi juga pernah digunakan dalam ajang peragaan busana di luar negeri.
Produk-produk dari Uluwatu Handmade Balinese Lace lebih banyak digemari oleh perempuan berusia 30 tahun ke atas, dan Jati terbuka untuk peluang kerja sama dengan desainer ternama.
Pastika berharap, usaha-usaha seperti ini dapat terus bertahan dan berkembang, serta pemerintah perlu memberikan dukungan yang lebih agar regenerasi perajin tradisional bisa berjalan dengan baik.(gus/gb)